1/06/2011

Penembak Jitu Waffen SS

   Dalam Perang Dunia II, penembak jitu (sniper) merupakan hal yang biasa dilakukan oleh kedua belah pihak baik Sekutu maupun Axis Jerman. Tahun 1944 merupakan tahun titik balik bagi cara-cara penembak jitu Jerman. Adanya film propaganda Die Unsichtbarre Waffe dan doktrin-doktrin baru yang diciptak sebelan atas dasar evaluasi dan pengalaman penembak jitu sebelumnya membuat beberapa ketentuan antara lain penembak jitu harus bekerja berpasangan.
    Meski demikian kesulitan-kesulitan yang timbul antara lain adalah jumlah senapan khusus bagi penembak jitu (sniper rifle) selain seragam penyamaran dan perlengkapan lain. Reichfuhrer der SS, Heinrich Himmler sangat tertarik dengan program penembak jitu sehingga sudah jauh hari sebelumnya menyiapkan program penembak jitu bagi Waffen SS. Sampai akhir 1944 jumlah penembak jitu Jerman meningkat terutama yang beroperasi di Normandia dan tergabung dalam kompi-kompi grenadier dan volksgrenadier.
    Jerman pada tahun 1944 pun juga mengeluarkan aturan berupa Sepuluh Perintah Penembak Jitu (The Snipers Ten Commandements), yakni: 
  1. bertempurlah secara fanatik,
  2. menembaklah dengan tenang dan penuh perhitungan,
  3. musuh terbesar adalah penembak jitu lawan, hadapilah!,
  4. menembaklah satu kali dari satu posisi, jika tidak maka akan segera ketahuan,
  5. persembunyian yang baik akan memperpanjang hidup,
  6. berlatihlah dalam mengukur jarak,
  7. jadilah orang yang ahli dalam penyamaran dan pemanfaatan medan,
  8. berlatihlah secara rutin untuk keahlian menembak baik di medan tempur maupun di rumah,
  9. jangan pernah meninggalkan senapanmu,
  10. survival adalah sepuluh menyamar dan satu kali menembak,
    Penembak jitu Jerman berada dalam berbagai tingkatan di kesatuan-kesatuan perang. Mereka menerima pelatihan-pelatihan dan tugas khusus, dengan berpasangan yang terdiri dari penembak dan pengamat. Penembak jitu dalam tingkatan ini dapat beraksi sendiri maupun kelompok yang lebih besar. Pada tingkat kesatuan yang lebih kecil seperti peleton, ada juga serdadu dengan senapan penembak jitu namun tidak mendapat latihan khusus serta biasanya beroperasi didukung kompi. (Source: Srivanto, Fernando R. 2007. Waffen SS, Mesin Perang Nazi. Yogyakarta: Narasi.)

No comments:

Post a Comment